Harga Patokan Ekspor (HPE) konsentrat tembaga yang ditetapkan pemerintah untuk periode 1–14 September 2025 mengalami sedikit penurunan. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menetapkan HPE konsentrat tembaga (Cu ≥ 15 %) sebesar US$ 4.639,10 per Wet Metrik Ton (WMT). Angka ini turun sekitar 0,42 persen dibanding periode sebelumnya pada Agustus yang berada di level US$ 4.658,55/WMT.
Meski persentasenya terlihat kecil, perubahan ini tetap penting karena berpengaruh langsung terhadap perhitungan bea keluar dan penerimaan negara, serta menjadi pertimbangan utama bagi pelaku usaha pertambangan dalam merancang strategi ekspor.
Ada beberapa faktor utama yang membuat HPE konsentrat tembaga turun pada awal September ini:
Nilai konsentrat tembaga tidak hanya dipengaruhi oleh kandungan tembaga, tetapi juga logam ikutan seperti emas dan perak. Pada periode ini, harga tembaga murni turun 0,71 persen, emas 0,18 persen, dan perak 0,26 persen. Penurunan ini ikut menyeret HPE konsentrat secara keseluruhan.
Permintaan dari pasar internasional, khususnya Tiongkok sebagai konsumen tembaga terbesar, mengalami pelemahan. Kondisi ini sejalan dengan perlambatan sektor industri yang membuat kebutuhan bahan baku berkurang.
Dolar Amerika Serikat yang menguat membuat harga komoditas berdenominasi dolar cenderung lebih mahal bagi negara lain, sehingga menekan daya beli dan permintaan. Dampaknya terlihat pada harga emas dan perak yang menjadi bagian dari nilai konsentrat tembaga.
Kemendag menetapkan HPE konsentrat tembaga berdasarkan rekomendasi teknis Kementerian ESDM. Proses penetapan ini mengacu pada harga acuan internasional, seperti London Metal Exchange (LME) untuk tembaga dan London Bullion Market Association (LBMA) untuk emas serta perak.
Dengan mekanisme ini, pemerintah berupaya menjaga transparansi, rasionalitas, serta memberikan kepastian bagi pelaku usaha yang bergerak di sektor pertambangan dan ekspor mineral.
Bagi Indonesia, yang merupakan salah satu produsen konsentrat tembaga dunia, penurunan harga ini memiliki beberapa dampak. Dari sisi negara, ada potensi penurunan penerimaan bea keluar. Sementara bagi perusahaan tambang, fluktuasi harga menjadi tantangan dalam mengelola keuangan, rencana produksi, hingga strategi penjualan ke pasar internasional.
Namun, dinamika harga ini juga menjadi bagian dari siklus normal komoditas global yang sangat dipengaruhi oleh faktor permintaan, pasokan, dan kondisi ekonomi dunia.
Penurunan HPE konsentrat tembaga pada awal September 2025 sebesar 0,42 persen mencerminkan kondisi pasar global yang sedang lesu. Melemahnya harga logam ikutan, menurunnya permintaan industri, serta penguatan dolar AS menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga.
Bagi pemerintah maupun pelaku usaha, situasi ini menegaskan pentingnya pemantauan rutin terhadap perkembangan harga global dan penyesuaian strategi agar tetap mampu bersaing di pasar internasional.
Untuk mendapatkan informasi terbaru seputar ekspor dan strategi bisnis internasional, kunjungi Webekspor.com.